Saturday, December 10, 2005

Kemarin siang, Sesalku...


Kemarin siang, disini...
Berjalan sosok gadis kecil di atas titian resah...
Kosong pandang tembus waktu segala hari...
Sosok kecil yang mestinya masih dalam pelukan seorang wanita bernama ibu...
Lindungi rona merah pipinya dari terik matahari....
Sosok kecil yang mestinya dalam lekat gendong pungung seseorang ayah...
Hanya...
Berlatar asap kendaraan...
Bermodal alat musik dr tutup botol fanta dan coca colla...
Berharap sudut jalan nyalakan sang lampu merah....
Bersandar tiang dekat pintu sebuah bus kota...
Nyanyikan lagu bertema Cinderella group band radja...
Ah...
Sepasang mata itu...
Berusaha lari dari tatap...
Jemari itu...
Bersatu rekat dalam pinta harap...
Lalu...
Kenapa kuhanya bisa melagu...?!?
Tanpa selipkan sesuatu di tangan tengadahnya...
Berlalu ia dengan tatap kecewa...
Kemarin siang...
adalah sesalku...

Hari ini,disini...
Di jam yang sama...
Di sebuah jeda bernama lampu merah...
Kumasih di atas bangku besi bus ini...
Harapkan sesosok gadi kecil...
Nyanyikan lagu cinderella group band radja....
Ku tahu ku rindu...
Kutak ingin ia berlalu dengan tatap kecewanya....
Menit berlalu...
Kutak pernah temukan lagi gadis kecilku...
Di tiap waktu siangku di sudut jalan ini...
Ah...
Di suatu tempat, mungkin...
Berjalan sosok gadis kecil...
Di atas titian bahagia...
Bersama teman sebayanya...
Dengan seragam sekolahnya...
Tak lagi menyanyikan lagu cinderella di buskota tua...
Semoga...


Untuk seorang gadis kecil pengamen di pertigaan lampu merah Graha Cijantung....

Oleh : Aisya nurkelana; awal desember 2005

Monday, December 05, 2005

Kidung Lara Tudung Hijau Pinus



Mungkin ku tak layak bercanda dengan rembulan...
Mentari bahkan terlalu menyilaukan…...
Bahkan satu bintang tak mampu kucuri pandang...
Pemandu langkah letihku...
Hingga...
Aroma musim semi bawaku ke hutan ini…
Belukarnya bagai cakar reksasi lukai tubuh murni…
Tak terasakan oleh buta mata …
Menari ku dalam kidung lara tudung hijau pinus…
Bersenandungku dalam irama senja yang merona…
Terantarkan oleh sepasang sayap ajak dalam damai…
Antarkan pada suasana yang mulai terjubahi malam…
Simpulkan pada satu asa bernama mimpi cinta…
Hingga…
Angkuhnya sang nurani diserpihan hati…
Coba kembalikanku pada pusaran nyata…
Bersama kelebat sayap yang terbang menjauh pergi…
Damparkanku di tebing curam sebuah terjal bernama ingkar…
Gelapnya kini membukakan buta mataku…
Menangisi perih semata anak panah yang sesakkan dada…
Hai...
Mengapa kau arahkan mata panah padaku…
Tolong, biarkanku kembali…
Pada rembulan, yang belum juga tercandai…
Pada mentari, yang belum juga tertawar silaunya…
Pada bintang, yang mulai mentertawai…
Ambilkan anak panah yang tersesat di palung hati…
Biarkan tudung hijau pinus, tetap nyanyikan lagu laranya…
Berteman nurani yang kan selalu jaga hijaunya…

Cibubur, suatu waktu di thn 2005...by : aisya nurkelana