Monday, December 05, 2005

Kidung Lara Tudung Hijau Pinus



Mungkin ku tak layak bercanda dengan rembulan...
Mentari bahkan terlalu menyilaukan…...
Bahkan satu bintang tak mampu kucuri pandang...
Pemandu langkah letihku...
Hingga...
Aroma musim semi bawaku ke hutan ini…
Belukarnya bagai cakar reksasi lukai tubuh murni…
Tak terasakan oleh buta mata …
Menari ku dalam kidung lara tudung hijau pinus…
Bersenandungku dalam irama senja yang merona…
Terantarkan oleh sepasang sayap ajak dalam damai…
Antarkan pada suasana yang mulai terjubahi malam…
Simpulkan pada satu asa bernama mimpi cinta…
Hingga…
Angkuhnya sang nurani diserpihan hati…
Coba kembalikanku pada pusaran nyata…
Bersama kelebat sayap yang terbang menjauh pergi…
Damparkanku di tebing curam sebuah terjal bernama ingkar…
Gelapnya kini membukakan buta mataku…
Menangisi perih semata anak panah yang sesakkan dada…
Hai...
Mengapa kau arahkan mata panah padaku…
Tolong, biarkanku kembali…
Pada rembulan, yang belum juga tercandai…
Pada mentari, yang belum juga tertawar silaunya…
Pada bintang, yang mulai mentertawai…
Ambilkan anak panah yang tersesat di palung hati…
Biarkan tudung hijau pinus, tetap nyanyikan lagu laranya…
Berteman nurani yang kan selalu jaga hijaunya…

Cibubur, suatu waktu di thn 2005...by : aisya nurkelana

0 Comments:

Post a Comment

<< Home